Rabu, 12 Desember 2012

Multikulturalisme


A.      Definisi Multikulturalsime
Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keagaman, dan berbagai macam budaya yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut.
Ø  “Multikulturalisme” pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam kesadaran politik (Azyumardi Azra, 2007)
Ø  Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa macam kumunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit perbedaan konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan (“A Multicultural society, then is one that includes several cultural communities with their overlapping but none the less distinc conception of the world, system of [meaning, values, forms of social organizations, historis, customs and practices”; Parekh, 1997 yang dikutip dari Azra, 2007).
Ø  Multikulturalisme mencakup suatu pemahaman, penghargaan serta penilaian atas budaya seseorang, serta suatu penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain (Lawrence Blum, dikutip Lubis, 2006:174).
Ø  Sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan (Suparlan, 2002, merangkum Fay 2006, Jari dan Jary 1991, Watson 2000).
Ø   Multikulturalisme mencakup gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan tindakan, oleh masyarakat suatu negara, yang majemuk dari segi etnis, budaya, agama dan sebagainya, namun mempunyai cita-cita untuk mengembangkan semangat kebangsaan yang sama dan mempunyai kebanggan untuk mempertahankan kemajemukan tersebut (A. Rifai Harahap, 2007, mengutip M. Atho’ Muzhar).

B.      Jenis Multikulturalisme
Berbagai macam pengertian dan kecenderungan perkembangan konsep serta praktik multikulturalisme yang diungkapkan oleh para ahli, membuat seorang tokoh bernama Parekh (1997:183-185) membedakan lima macam multikulturalisme (Azra, 2007, meringkas uraian Parekh) :
1.    Multikulturalisme isolasionis, mengacu pada masyarakat dimana berbagai kelompok kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi yang hanya minimal satu sama lain.
2.    Multikulturalisme akomodatif, yaitu masyarakat yang memiliki kultur dominan yang membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultur kaum minoritas. Masyarakat ini merumuskan dan menerapkan undang-undang, hukum, dan ketentuan-ketentuan yang sensitif secara kultural, dan memberikan kebebasan kepada kaum minoritas untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan meraka. Begitupun sebaliknya, kaum minoritas tidak menantang kultur dominan. Multikulturalisme ini diterapkan di beberapa negara Eropa.
3.    Multikulturalisme otonomis, masyarakat plural dimana kelompok-kelompok kutural utama berusaha mewujudkan kesetaraan (equality) dengan budaya dominan dan menginginkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang secara kolektif bisa diterima. Perhatian pokok-pokok kultural ini adalah untuk mempertahankan cara hidup mereka, yang memiliki hak yang sama dengan kelompok dominan; mereka menantang kelompok dominan dan berusaha menciptakan suatu masyarakat dimana semua kelompok bisa eksis sebagai mitra sejajar.
4.    Multikulturalisme kritikal atau interaktif, yakni masyarakat plural dimana kelompok-kelompok kultural tidak terlalu terfokus (concern) dengan kehidupan kultural otonom; tetapi lebih membentuk penciptaan kolektif yang mencerminkan dan menegaskan perspektif-perspektif distingtif mereka.
5.    Multikulturalisme kosmopolitan, berusaha menghapus batas-batas kultural sama sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat di mana setiap individu tidak lagi terikat kepada budaya tertentu dan, sebaliknya, secara bebas terlibat dalam percobaan-percobaan interkultural dan sekaligus mengembangkan kehidupan kultural masing-masing.

Akulturasi Psikologis


A.      Akulturasi
            Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaannya sendiri tampa menyebabkan hulangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.
Definisi akulturasi menurut para ahli :
1.      Gillin & Gillin dalam bukunya “Culture Sosiology”
Sebagai proses dimana masyarakat-masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya mengalami perubahan oleh kontak yang sama dan langsung, tetapi dengan tidak sampai kepada pencampuran yang komplit dan bulat dari kedua kebudayaan itu.
2.      Koentjaraningrat
Akulturasi adalah proses sosial yang terjadi apabila kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yang berbeda, sehingga unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah di dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri.
3.      Lauer
Akulturasi dapat digambarkan sebagai pola penyatuan antara dua kebudayaan, penyatuan disini tidak berarti bahwa kesamaannya lebih banyak dari pada perbedaannya, namun berarti kedua kebudayaan yang saling berinteraksi menjadi semakin serupa disbanding sebelum terjadinya kontak antar keduanya. (Lauer, 1989:402-407)
4.      Krober
Akulturasi itu meliputi perubahan didalam kebudayaan yang disebabkan oleh adanya pengaruh dari kebudayaan yang lain, yang akhirnya menghasilkan makin banyaknya persamaan pada kebudayaan itu. Menurut krober, difusi adalah salah satu aspek dari akulturasi.




B.      Psikologis
Dalam bahasa Yunani psychology merupakan gabungan dari kata psyche dan logos. Psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Secara harafiah psikologi diartikan sebagai ilmu jiwa.
Pengertian psikologi menurut beberapa ahli :
1.      Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990)
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.
2.      Dakir (1993)
Psikologi membahas tingkah lakumanusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
3.      Anas Tamsuri
Psikologi adalah masalah-masalah perilaku atau emosional yang dapat meningkatkan resiko gangguan cairan, elektrolit, dan asam-basa.
4.      Bilson Simamora
Psikologis merupakan faktor yang berasal dari dalam individu seseorang dan unsur-unsur psikologis ini meliputi motivasi, persepsi, pembelajaran, kepribadian, memori, emosi, kepercayaan, dan sikap.

Jadi, akulturasi psikologis adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan perilaku tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu perilaku asing. Perilaku asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam perilakunya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur periaku kelompok sendiri. Singkatnya terdapat perpaduan antara perilaku sendiri dengan perilaku asing, tanpa menghilangkan unsur perilaku kelompok sendiri.
Sumber:


Selasa, 23 Oktober 2012

Akulturasi dan Relasi Internakultural

                                             Nama : Eka Permatasari
                                             NPM : 19510251
                                             Kelas : 3PA05









Akulturasi
            Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsure dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsure kebudayaan kelompok itu sendiri. Menurut Koentjaraningrat (1996: 15), akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu di hadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
            Sedangkan menurut Gillin & Gillin dalam bukunya “culture sociology”, memberikan definisi mengenai akulturasi sebagai proses dimana masyarakat-masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya mengalami perubahan oleh kontak yang sama dan langsung, tetapi dengan tidak sampai pada pencampuran yang komplit dan bulat dari kedua kebudayaan itu.
            Contoh: Saat budaya rap dari negara asing digabungkan dengan bahasa jawa, sehingga menge-rap dengan menggunakan bahasa jawa.
           
Relasi Internakultural
            Relasi internakultural atau komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi diantara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa berbeda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini.Menurut Stewart L. Tubbs, komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya . kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.
            Hamid Mowlana menyebutkan, komunikasi antarbudaya sebagai humanflow across national boundaries. Misalnya: dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana bangsa-bangsa dari berbagai Negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain.
            Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok.


John. B Watson (1878-1958)
            Menurut John Watson, perilaku yang terbentuk merupakan hasil suatu pengkondisian. Hubungan berantai sederhana antara stimulus dan respon yang membentuk rangkaian kompleks perilaku, meliputi: pemikiran, motivasi, kepribadian, emosi, dan pembelajaran.
            Jadi akulturasi dan relasi internakultural saling mempengaruhi karena dengan akulturasi seseorang dapat mengetahui kebudayaan asing yang ada, sedangkan relasi internakultural merupakan komunikasi antarbudaya yang hidup di dalam masyarakat yang berbeda ras, suku, etnis,dll. Yang menjadikan budaya semakin beragam adalah karena manusia hidup dengan ditrunkannya warisan budaya dari generasi terdahulu sampai generasi selanjutnya. Dari teori psikologi sendiri hal kebudayaan berpengaruh melalui suatu proses pengkondisian dalam hal ini akulturasi dan relasi internakultural terjadi melalui proses pengkondisian yang terjadi dengan adanya stimulus dan respon yang merangkai menjadi suatu kompleks perilaku. Dengan akulturasi, seseorang belajar untuk mengkondisikan bagaimana pengaruh asing mempengaruhi kebudayaan pribumi dan relasi internakultural terjadi dengan adanya pengkondisian komunikasi antarbudaya yang membuat manusia saling berinteraksi dengan budaya yang bermacam-macam di dunia ini.


Sumber :

Rabu, 10 Oktober 2012

Transmisi Budaya


     1.     Definisi Transmisi Budaya
          Budaya berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
          Transmisi budaya adalah cara sekelompok manusia atau hewan yang berada di dalam suatu wilayah atau budaya untuk mempelajari suatu informasi baru. Cara belajar sangat di pengaruhi oleh bagaimana budaya itu dapat disosialisasikan kepada anak kecil dan anak muda.
            Definisi lain mengenai transmisi budaya adalah kegiatan pengiriman atau penyebaran pesan dari generasi yang satu ke generasi yang lain tentang sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sulit diubah.

     2.     Bentuk-Bentuk Transimisi Budaya
A.    Enkulturasi
            Enkulturasi adalah proses penerusan kebudayaan dari generasi yang satu ke generasi selanjutnya selama hidup seseorang individu dimulai dari institusi keluarga terutama tokoh ibu.
            Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana budaya ditransmisikan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Kita mempelajari kultur (budaya), bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga keagaaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru-guru utama dibidang kultur. Enkulturasi terjadi melalui mereka.

B.     Akulturasi
            Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsure dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsure kebudayaan kelompok itu sendiri.

C.     Sosialisasi
            Sosialisasi adalah proses pemasyarakatan, yaitu seluruh proses apabila seorang individu dari masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain dalam masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, sosialisasi adalah suatu proses dimana anggota masyarakat baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana ia menjadi anggota.

     3.     Pengaruh Terhadap Perkembangan Psikologi Individu
A.    Pengaruh Enkulturasi terhadap perkembangan psikologi individu
            Enkulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui proses belajar dan penyesuaian alam pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.

B.     Pengaruh Akulturasi terhadap perkembangan psikologi individu
            Akulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsure dari suatu kebudayaan asing.

C.     Pengaruh Sosialisasi terhadap perkembangan psiologi individu
            Beberapa teori perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusia telah tumbuh dan berkembang dari masa bayi ke masa dewasa melalui beberapa langkah jenjang. Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangannya itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi ini faktor intelektual dan emosional mengambil peranan penting. Proses tersebut merupakan proses sosialisasi yang mendudukan anak-anak sebagai insan yang secara aktif melakukan proses sosialisasi.

     4.     Awal Masa Perkembangan Dan Pola Kelekatan (Attachment) Pada Ibu Atau Pengasuh
            Kesamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal transmisi budaya mempengaruhi pola perkembangan seorang anak, jika seorang anak sedari dini lebih banyak menghabiskan waktunya bersama pengasuh maka kelekatan antara seorang anak dan ibu tersebut kurang daripada seorang anak yang banyak menghabiskan waktunya bersama dengan ibu nya. Karena pengaruh sosialisasi, akulturasi dan enkulturasi terjadi di masyarakat membuat setiap orang berusaha untuk mengetahui hal tersebut. Sehingga pola perilaku individu mengalami proses belajar dalam kesehariannya melalui sosialisasi terhadap lingkungan yang mempengaruhinya.
            Psikologi individu cenderung lebih menekankan kepada bagaimana individu bertingkah laku di kehidupan sehari-hari jika kita lihat dari sudut pandang cara belajar maka tingkah laku ini sedikit banyak dipengarui oleh budaya.
            Perkembangan adalah proses hidup manusia dari dilahirkan hingga meninggal dan banyak hal-hal yang dapat mempengaruhi perkembangan seseorang diantaranya budaya.

Sumber :

Selasa, 09 Oktober 2012

Pengertian dan Tujuan dari Psikologi Lintas Budaya


     1.     Pengertian Psikologi Lintas Budaya  
            Psikologi Lintas Budaya merupakan kajian mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik; mengenai hubungan-hubungan di antara ubahan psikologis dan sosio-budaya, ekologis, dan ubahan biologis, serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam ubahan-ubahan tersebut.
  •   Menurut Segall, Dasen dan Poortinga

        Psikologi Lintas Budaya adalah kajian mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya. Definisi ini mengarahkan perhatian pada dua hal pokok: keragaman perilaku manusia di dunia dan kaitan antara perilaku terjadi.

     2.     Tujuan Psikologi Lintas Budaya
            Tujuan dari kajian psikologi lintas budaya adalah mencari persamaan dan perbedaan dalam fungsi-fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik.

     3.     Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan ilmu lainnya
·         Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Sosiologi
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
Dari definisi diatas dapat kita lihat bahwa adanya hubungan antara psikologi lintas budaya dan sosiologi, dimana dalam psikologi lintas budaya tidak terlepas dari struktur sosial, proses sosial serta perubahan sosial, akan tetapi pada sosiologi yang dipelajari adalah prosesnya dan pada psikologi lintas budaya yang dibahas adalah perilaku manusia atau individunya dalam melakukan berbagai proses tersebut, sehingga kedua bidang ilmu tersebut saling berhubungan antara satu dan lainnya.
·         Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Antropologi
Koentjaraningrat: Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
Secara garis besar antropologi dan psikologi lintas budaya hampir sama, sama-sama membahas tentang cultural, antropologi membahas cultural pada suatu masyarakat dan masyarakat itu sendiri menjadi bahan kajian dalam ilmu psikologi lintas budaya, sehingga hubungan antar keduanya sangatlah erat.
·         Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Biologi
Biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu mengenai makhluk hidup. Jelas saja biologi dan psikologi lintas budaya saling berhubungan, karena objek materialna sama yaitu manusia, namun biologi objek materialnya bukan hanya manusia yakni semua makhluk hidup yang ada, salah satunya manusia.
           
Sumber :

Rabu, 21 Maret 2012

Soft Drinks Ganggu Kesehatan Mental

Minum soft drink memang menyegarkan, apalagi soft drink dingin manis yang dinikmati usai beraktifitas. Namun tahukah anda jika soft drink manis (bukan diet coke) bisa memicu gangguan mental pada remaja? Dalam studi yang dilakukan pada remaja Oslo, Norwegia, menyatakan peminum soft drink manis cenderung memiliki gangguan mental seperti hiperaktif dan perasaan tertekan.
Riset yang melibatkan lebih dari 5.000 remaja Norwegia berusia 15 dan 16 tahun ini memperlihatkan hubungan jelas dan langsung antara konsumsi soft drink, hiperaktif, dan hubungan yang lebih rumit pada gangguan perilaku serta mental.
Mereka meneliti dan menanyai seberapa banyak soft drink bergula yang biasa konsumsi perharinya, dan kemudian meminta mereka menjawab daftar pertanyaan standard yang biasa digunakan untuk menilai kesehatan mental.
Dr. Lars Lien dan rekan dari Universitas Oslo mengatakan mereka yang tidak sarapan dan makan siang justru lebih sering mengkonsumsi soft drink. “Ada hubungan yang kuat antara mengkonsumsi soft drink dan gangguan kesehatan mental dikalangan murid kelas 10”, tulis laporan yang diterbitkan dalam American Journal of Public Health dan dilaporkan Reuters, Kamis (28/09/06).
Hubungan tersebut tetap penting, setelah penyesuaian sosial, gangguan perilaku dan yang berhubungan dengan makanan. Terlebih mayoritas siswa mengatakan mereka minum sekitar satu dan enam porsi soft drink per minggu.
Sementara mereka yang tak minum soft drink sama sekali lebih memiliki kesehatan yang lebih baik disbanding peminum soft drink, terlebih bagi mereka yang minum lebih dari enam porsi per minggu memiliki tingkat tertinggi.
Bagi perilaku hiperaktif, terdapat hubungan linear langsung – dimana makin banyak soda yang diminum seorang remaja, semakin hiperaktif prilaku yang ditunjukan.
Masalah terburuk terlihat pada remaja pria dan perempuan yang minum empat porsi atau lebih soft drink per hari. Sepuluh persen remaja laki-laki dan dua persen perempuan minum sebanyak itu.
Peneliti mengatakan kemungkinan bahan lain dalam soft drink, seperti kafein, yang diduga menjadi penyebab gejala-gejala tersebut, namun mereka tak memeriksa sumber lain gula pasir halus (refined sugar) dalam pola makanan remaja tersebut.
Namun mereka mengatakan banyak remaja terlalu banyak minum soft drink yang mengandung gula, padahal anjuran konsumsi di Norwegia adalah 10% dari total kalori per hari dari gula para peneliti mengatakan sedikitnya sepertiga remaja pria mengkonsumsi terlalu banyak dari makanan ringan saja.
“Satu langkah sederhana dan efektif untuk mengurangi konsumsi soft drink dalam kelompok usia ini ialah penghilangan mesin minuman ringan dari sekolah dan tempat umum lain tempat orang dewasa berkumpul”, ujar Lars Lien dan rekan.

Sumber : www.untukku.com/artikel-untukku/soft-drinks-ganggu-kesehatan-mental-untukku.html

Sabtu, 17 Maret 2012

Psikologi Kesehatan Mental

  • Definisi Kesehatan Mental
Beratus-ratus tahun yang lalu orang menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah syaitan-syaiyan, roh-roh jahat dan dosa-dosa. Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukan dalam penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai besi yang berat dan kuat. Namun, lambat laun ada usaha-usaha kemanusiaan yang mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya ini. Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris adalah salah satu orang yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi orang-orang yang terkena penyakit mental. Masa-masa Pinel dan Tuke ini selanjutnya dikenal dengan masa pra ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.

Istilah Kesehatan Mental sendiri diambil dari konsep mental hygiene, kata mental berasal dari bahasa Yunani yang berarti Kejiwaan. Kata mental memilki persamaan makna dengan kata Psyhe yang berasal dari bahasa latin yang berarti Psikis atau Jiwa, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mental hygiene berarti mental yang sehat atau kesehatan mental. Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial).
Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental memiliki pengertian kemampuan seseorang untuk dapat menyesuaikan diri sesuai tuntutan kenyataan di sekitarnya. Tuntutan kenyataan yang dimaksud di sini lebih banyak merujuk pada tuntutan yang berasal dari masyarakat yang secara konkret mewujud dalam tuntutan orang-orang yang ada di sekitarnya. M. Jahoda, seorang pelopor gerakan kesehatan mental, memberi definisi kesehatan mental yang rinci. Dalam definisinya, “kesehatan mental adalah kondisi seseorang yang berkaitan dengan penyesuaian diri yang aktif dalam menghadapi dan mengatasi masalah dengan mempertahankan stabilitas diri, juga ketika berhadapan dengan kondisi baru, serta memiliki penilaian nyata baik tentang kehidupan maupun keadaan diri sendiri.”
Definisi dari Jahoda mengandung istilah-istilah yang pengertiannya perlu dipahami secara jelas yaitu penyesuaian diri yang aktif, stabilitas diri, penilaian nyata tentang kehidupan dan keadaan diri sendiri.
Penyesuaiaan diri berhubungan dengan cara-cara yang dipilih individu untuk mengolah rangsangan, ajakan dan dorongan yang datang dari dalam maupun luar  diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh pribadi yang sehat mental adalah penyesuaian diri yang aktif dalam pengertian bahwa individu berperan aktif dalam pemilihan cara-cara pengolahan rangsang itu. Individu tidak seperti binatang atau tumbuhan hanya reaktif terhadap lingkungan. Dengan kata lain individu memiliki otonomi dalam menanggapi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan

  • Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental
Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap tingkat kesehatan mental yakni :
a.       Biologis
Para ahli telah banyak melakukan studi tentang hubungan antara dimensi biologis dengan kesehatan mental. Berbagai penelitian itu telah memberikan kesimpulan yang meyakinkan bahwa faktor biologis memberikan kontribusi sangat besar bagi kesehatan mental. Karena itu, kesehatan manusia, khususnya disini adalah kesehatan mental, tentunya tidak terlepaskan dari dimensi biologis ini. Beberapa aspek biologis yang secara langsung berpengaruh terhadap kesehatan mental, diantaranya otak, sistem endokrin, genetik, sensori, kondisi ibu selama kehamilan.

b.      Psikologis
Notosoedirjo dan Ltipun (2005), mengatakan bahwa aspek psikis manusia merupakan satu kesatuan dengan sistem  biologis. Sebagai subsistem dari eksistensi manusia, maka aspek psikis selalu berinteraksi dengan keseluruhan. Karena itulah aspek psikis tidak dapat dipisahkan dari aspek yang lain  dalam kehidupan manusia.

c.       Sosial Budaya
Lingkungan sosial sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan mental. Lingkungan sosial tertentu dapat menopang bagi kuatnya kesehatan mental sehingga membentuk kesehatan mental yang positif, tetapi pada aspek lain kehidupan sosial itu dapat pula menjadi stressor yang dapat mengganggu kesehatan mental. Lingkungan sosial yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental yaitu stratifikasi sosial, interaksi sosial, keluarga, perubahan sosial, sosial budaya, dll.

d.      Lingkungan
Interaksi manusia dengan lingkungannya berhubungan dengan kesehatannya. Kondisi lingkungan yang sehat akan mendukung kesehatan manusia itu sendiri, dan sebaliknya kondisi lingkungan yang tidak sehat dapat mengganggu kesehatannya termasuk dalam konteks kesehatan mentalnya.

  • Ciri- ciri sehat mental

1.      Memiliki sikap positif terhadap diri sendiri.
2.      Menerima dirinya sendiri apa adanya.
3.      Mengaktualisasikan dirinya dengan baik.
4.      Memiliki cita-cita hidup dan ia merasa dirinya bertumbuh ke arah yang dia cita-citakan.
5.      Pribadi yang memiliki integritas, hidup sesuai apa yang ia katakan dengan perbuatannya.
6.      Memiliki otonomi pribadi, mampu menerima penolakan dari luar serta seorang yang memiliki komitmen hidup.
7.      Memiliki persepsi yang akurat terhadap realita, termasuk melihat realita sebagaimana adanya.
8.      Tidak menyangkal hal-hal buruk yang terjadi di masa lalunya dan masa kini Terakhir.
9.      Memiliki penguasaan terhadap situasi, termasuk mempunyai kontrol diri di dalam mengasihi orang lain, di dalam pekerjaan termasuk dalam bersahabat dengan orang lain.

Daftar Pustaka :
Dr. Kartini Kartono, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam, Bandung: CV. Mandar Maju, 1989,
www.blogkesehatanmental.wordpress.com (diakses melalui Google pada 17-03-2012)
www.kumpulberita.com (diakses melalui Google pada 17-03-2012)