Rabu, 27 Maret 2013

Person-Centered Therapy


      Terapi ini disebut juga client-centered therapy (terapi yang berpusat pada pasien) atau terapi nondirektif. Teknik ini pada awalnya dipakai oleh Carl Rogers (1902-1987) pada tahun 1942. Sejak itu banyak prinsip Rogers yang dipakai dalam terapi diterima secara luas. Tetapi, teknik ini dipakai secara lebih terbatas pada terapi mahasiswa dan orang-orang dewasa muda lain yang mengalami masalah-masalah penyesuaian diri yang sederhana. Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah orang yang memilih dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai dan kebutuhan-kebutuhan pribadinya.
            Pendekatan humanistik Rogers terhadap terapi person-centered therapy membantu pasien untuk lebih menyadari dan menerima dirinya yang sejati dengan menciptakan kondisi-kondisi penerimaan dan penghargaan dalam hubungan terapeutik. Rogers berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang dimilikinya kepada pasien. Terapi adalah nondirektif, yakni pasien dan bukan terapis memimpin atau mengarahkan jalannya terapi. Terapis person-centered masih menggunakan beberapa teknik (refleksi perasaan-perasaan yang dialami pasien), tetapi dia tidak merasa terikat oleh teknik-teknik tersebut dan dia juga tidak menggunakan teknik-teknik tersebut secara terencana dan hati-hati pada waktu melaksanakan wawancara.

Tujuan terapi
     1.  Pasien menjadi kurang defensif dan lebih selaras serta terbuka pada pengalamannya;
     2.  Pasien semakin realistik, objektif, dan persepsi-persepsinya semakin luas;
     3.  Pasien semakin efektif dalam memecahkan masalahnya;
     4.  Penyesuaian dirinya secara psikologis semakin mendekati optimal;
     5.  Kepekaannya tehadap ancaman semakin berkurang karena keselarasan antara "self" dan       pengalamannya semakin meningkat;
     6.  Kadar positive self-regard pasien semakin meningkat;
     7.  Merasa lebih yakin dan mampu mengarahkan diri sendiri (self-diecting);
     8.  Semakin mengalami penerimaan diri dari orang-orang lain;
     9.  Tingkah laku pasien dinilai oleh orang-orang lain semakin dapat diterima oleh masyarakat dan matang.



Teknik Konseling

1.            Aceptance (penerimaan)
2.            Respect (rasa hormat)
3.            Understanding (mengerti, memahami)
4.            Reassurance (menentramkan hati, meyakini)
5.            Encouragement (dorongan)
6.            Limited Questioning (pertanyaan terbatas)
7.            Reflection (memantulkan pertanyaan dan perasaan)

Tujuan Konseling
       Tujuan Konseling adalah menyediakan iklim yang aman dan percaya dalam pengaturan konseling sedemikian sehingga konseli, dengan menggunakan hubungan konseling untuk self-exploration, dapat menjadi sadar akan blok/hambatan ke pertumbuhan. Konseli cenderung untuk bergerak ke arah lebih terbuka, kepercayaan diri lebih besar.

Fungsi dan Peran Terapis



     Peran terapis client centered berakar pada cara-cara keberadaanya dan sikap-sikapnya, bukan pada          penggunaan teknik-teknik yang dirancang untuk menjadikan client ‘berbuat sesuatu’. Terapis client centered membangun hubungan yang membantu dimana client akan mengalami kebebasan yang diperlukan untuk mengeksplorasikan area-area hidupnya yang sekarang didistrosinya. Client menjadi kurang defensive dan menjadi lebih terbuka terhadap kemungkinan-kemungkinan yang ada didalam dirinya maupun dalam dunia. Yang utama dan terutama, terapis harus bersedia menjadi nyata dalam hubungan dengan client.  Terapis menghadapi client berlandaskan pengalaman dari saat kesaat dam membantu client dengan jalan memasuki dunianya, melalui perhatian yang tulus, respek, penerimaan, dan pengertian terapis, sehingga client bisa menghilangkan pertahanan-pertahanan dan persepsi-persepsinya yang kaku serta bergerak menuju taraf fungsi pribadi yang lebih tinggi.

Kelebihan person centered therapy
1.            Pemusatan pada klien dan bukan pada therapist
2.            Identifikasi dan hubungan terapi sebagai wahana utama dalam mengubah kepribadian.
3.            Lebih menekankan pada sikap terapi daripada teknik.
4.            Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan kuantitatif.
5.            Penekanan emosi, perasaan, perasaan dan afektif dalam terapi.
6.            Menawarkan perspektif yang lebih up-to-date dan optimis
7.    Klien memiliki pengalaman positif dalam terapi ketika mereka fokus dalam menyelesaiakan masalahnya
8.        Klien merasa mereka dapat mengekpresikan dirinya secara penuh ketika mereka mendengarkan dan tidak dijustifikasi

Kekurangan person centered therapy
            1.      Terapi berpusat pada klien dianggap terlalu sederhana
            2.      Terlalu menekankan aspek afektif, emosional, perasaan
           3.      Tujuan untuk setiap klien yaitu memaksimalkan diri, dirasa terlalu luas dan umum sehingga sulit untuk                                             menilai individu.
      4.      Tidak cukup sistematik dan lengkap terutama yang berkaitan dengan klien yang kecil tanggungjawabnya.
            5.      Sulit bagi therapist untuk bersifat netral dalam situasi hubungan interpersonal.
        6.      Tetapi  menjadi tidak efektif ketika konselor terlalu non-direktif dan pasif. Mendengarkan dan bercerita saja tidaklah cukup
            7.      Tidak bisa digunakan pada penderita psikopatology yang parah
      8.   Minim teknik untuk membantu klien memecahkan masalahnya

SUMBER :
Kesehatan Mental 1 (www.books.google.co.id)
http://bimbingankonseling6.blogspot.com/2012/11/client-centered-therapy-cct_7354.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar