Selasa, 23 Oktober 2012

Akulturasi dan Relasi Internakultural

                                             Nama : Eka Permatasari
                                             NPM : 19510251
                                             Kelas : 3PA05









Akulturasi
            Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsure dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsure kebudayaan kelompok itu sendiri. Menurut Koentjaraningrat (1996: 15), akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu di hadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
            Sedangkan menurut Gillin & Gillin dalam bukunya “culture sociology”, memberikan definisi mengenai akulturasi sebagai proses dimana masyarakat-masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya mengalami perubahan oleh kontak yang sama dan langsung, tetapi dengan tidak sampai pada pencampuran yang komplit dan bulat dari kedua kebudayaan itu.
            Contoh: Saat budaya rap dari negara asing digabungkan dengan bahasa jawa, sehingga menge-rap dengan menggunakan bahasa jawa.
           
Relasi Internakultural
            Relasi internakultural atau komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi diantara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa berbeda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini.Menurut Stewart L. Tubbs, komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya . kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.
            Hamid Mowlana menyebutkan, komunikasi antarbudaya sebagai humanflow across national boundaries. Misalnya: dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana bangsa-bangsa dari berbagai Negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain.
            Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok.


John. B Watson (1878-1958)
            Menurut John Watson, perilaku yang terbentuk merupakan hasil suatu pengkondisian. Hubungan berantai sederhana antara stimulus dan respon yang membentuk rangkaian kompleks perilaku, meliputi: pemikiran, motivasi, kepribadian, emosi, dan pembelajaran.
            Jadi akulturasi dan relasi internakultural saling mempengaruhi karena dengan akulturasi seseorang dapat mengetahui kebudayaan asing yang ada, sedangkan relasi internakultural merupakan komunikasi antarbudaya yang hidup di dalam masyarakat yang berbeda ras, suku, etnis,dll. Yang menjadikan budaya semakin beragam adalah karena manusia hidup dengan ditrunkannya warisan budaya dari generasi terdahulu sampai generasi selanjutnya. Dari teori psikologi sendiri hal kebudayaan berpengaruh melalui suatu proses pengkondisian dalam hal ini akulturasi dan relasi internakultural terjadi melalui proses pengkondisian yang terjadi dengan adanya stimulus dan respon yang merangkai menjadi suatu kompleks perilaku. Dengan akulturasi, seseorang belajar untuk mengkondisikan bagaimana pengaruh asing mempengaruhi kebudayaan pribumi dan relasi internakultural terjadi dengan adanya pengkondisian komunikasi antarbudaya yang membuat manusia saling berinteraksi dengan budaya yang bermacam-macam di dunia ini.


Sumber :

Rabu, 10 Oktober 2012

Transmisi Budaya


     1.     Definisi Transmisi Budaya
          Budaya berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
          Transmisi budaya adalah cara sekelompok manusia atau hewan yang berada di dalam suatu wilayah atau budaya untuk mempelajari suatu informasi baru. Cara belajar sangat di pengaruhi oleh bagaimana budaya itu dapat disosialisasikan kepada anak kecil dan anak muda.
            Definisi lain mengenai transmisi budaya adalah kegiatan pengiriman atau penyebaran pesan dari generasi yang satu ke generasi yang lain tentang sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sulit diubah.

     2.     Bentuk-Bentuk Transimisi Budaya
A.    Enkulturasi
            Enkulturasi adalah proses penerusan kebudayaan dari generasi yang satu ke generasi selanjutnya selama hidup seseorang individu dimulai dari institusi keluarga terutama tokoh ibu.
            Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana budaya ditransmisikan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Kita mempelajari kultur (budaya), bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga keagaaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru-guru utama dibidang kultur. Enkulturasi terjadi melalui mereka.

B.     Akulturasi
            Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsure dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsure kebudayaan kelompok itu sendiri.

C.     Sosialisasi
            Sosialisasi adalah proses pemasyarakatan, yaitu seluruh proses apabila seorang individu dari masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain dalam masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, sosialisasi adalah suatu proses dimana anggota masyarakat baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana ia menjadi anggota.

     3.     Pengaruh Terhadap Perkembangan Psikologi Individu
A.    Pengaruh Enkulturasi terhadap perkembangan psikologi individu
            Enkulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui proses belajar dan penyesuaian alam pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.

B.     Pengaruh Akulturasi terhadap perkembangan psikologi individu
            Akulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsure dari suatu kebudayaan asing.

C.     Pengaruh Sosialisasi terhadap perkembangan psiologi individu
            Beberapa teori perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusia telah tumbuh dan berkembang dari masa bayi ke masa dewasa melalui beberapa langkah jenjang. Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangannya itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi ini faktor intelektual dan emosional mengambil peranan penting. Proses tersebut merupakan proses sosialisasi yang mendudukan anak-anak sebagai insan yang secara aktif melakukan proses sosialisasi.

     4.     Awal Masa Perkembangan Dan Pola Kelekatan (Attachment) Pada Ibu Atau Pengasuh
            Kesamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal transmisi budaya mempengaruhi pola perkembangan seorang anak, jika seorang anak sedari dini lebih banyak menghabiskan waktunya bersama pengasuh maka kelekatan antara seorang anak dan ibu tersebut kurang daripada seorang anak yang banyak menghabiskan waktunya bersama dengan ibu nya. Karena pengaruh sosialisasi, akulturasi dan enkulturasi terjadi di masyarakat membuat setiap orang berusaha untuk mengetahui hal tersebut. Sehingga pola perilaku individu mengalami proses belajar dalam kesehariannya melalui sosialisasi terhadap lingkungan yang mempengaruhinya.
            Psikologi individu cenderung lebih menekankan kepada bagaimana individu bertingkah laku di kehidupan sehari-hari jika kita lihat dari sudut pandang cara belajar maka tingkah laku ini sedikit banyak dipengarui oleh budaya.
            Perkembangan adalah proses hidup manusia dari dilahirkan hingga meninggal dan banyak hal-hal yang dapat mempengaruhi perkembangan seseorang diantaranya budaya.

Sumber :

Selasa, 09 Oktober 2012

Pengertian dan Tujuan dari Psikologi Lintas Budaya


     1.     Pengertian Psikologi Lintas Budaya  
            Psikologi Lintas Budaya merupakan kajian mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik; mengenai hubungan-hubungan di antara ubahan psikologis dan sosio-budaya, ekologis, dan ubahan biologis, serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam ubahan-ubahan tersebut.
  •   Menurut Segall, Dasen dan Poortinga

        Psikologi Lintas Budaya adalah kajian mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya. Definisi ini mengarahkan perhatian pada dua hal pokok: keragaman perilaku manusia di dunia dan kaitan antara perilaku terjadi.

     2.     Tujuan Psikologi Lintas Budaya
            Tujuan dari kajian psikologi lintas budaya adalah mencari persamaan dan perbedaan dalam fungsi-fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik.

     3.     Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan ilmu lainnya
·         Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Sosiologi
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
Dari definisi diatas dapat kita lihat bahwa adanya hubungan antara psikologi lintas budaya dan sosiologi, dimana dalam psikologi lintas budaya tidak terlepas dari struktur sosial, proses sosial serta perubahan sosial, akan tetapi pada sosiologi yang dipelajari adalah prosesnya dan pada psikologi lintas budaya yang dibahas adalah perilaku manusia atau individunya dalam melakukan berbagai proses tersebut, sehingga kedua bidang ilmu tersebut saling berhubungan antara satu dan lainnya.
·         Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Antropologi
Koentjaraningrat: Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
Secara garis besar antropologi dan psikologi lintas budaya hampir sama, sama-sama membahas tentang cultural, antropologi membahas cultural pada suatu masyarakat dan masyarakat itu sendiri menjadi bahan kajian dalam ilmu psikologi lintas budaya, sehingga hubungan antar keduanya sangatlah erat.
·         Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Biologi
Biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu mengenai makhluk hidup. Jelas saja biologi dan psikologi lintas budaya saling berhubungan, karena objek materialna sama yaitu manusia, namun biologi objek materialnya bukan hanya manusia yakni semua makhluk hidup yang ada, salah satunya manusia.
           
Sumber :

Rabu, 21 Maret 2012

Soft Drinks Ganggu Kesehatan Mental

Minum soft drink memang menyegarkan, apalagi soft drink dingin manis yang dinikmati usai beraktifitas. Namun tahukah anda jika soft drink manis (bukan diet coke) bisa memicu gangguan mental pada remaja? Dalam studi yang dilakukan pada remaja Oslo, Norwegia, menyatakan peminum soft drink manis cenderung memiliki gangguan mental seperti hiperaktif dan perasaan tertekan.
Riset yang melibatkan lebih dari 5.000 remaja Norwegia berusia 15 dan 16 tahun ini memperlihatkan hubungan jelas dan langsung antara konsumsi soft drink, hiperaktif, dan hubungan yang lebih rumit pada gangguan perilaku serta mental.
Mereka meneliti dan menanyai seberapa banyak soft drink bergula yang biasa konsumsi perharinya, dan kemudian meminta mereka menjawab daftar pertanyaan standard yang biasa digunakan untuk menilai kesehatan mental.
Dr. Lars Lien dan rekan dari Universitas Oslo mengatakan mereka yang tidak sarapan dan makan siang justru lebih sering mengkonsumsi soft drink. “Ada hubungan yang kuat antara mengkonsumsi soft drink dan gangguan kesehatan mental dikalangan murid kelas 10”, tulis laporan yang diterbitkan dalam American Journal of Public Health dan dilaporkan Reuters, Kamis (28/09/06).
Hubungan tersebut tetap penting, setelah penyesuaian sosial, gangguan perilaku dan yang berhubungan dengan makanan. Terlebih mayoritas siswa mengatakan mereka minum sekitar satu dan enam porsi soft drink per minggu.
Sementara mereka yang tak minum soft drink sama sekali lebih memiliki kesehatan yang lebih baik disbanding peminum soft drink, terlebih bagi mereka yang minum lebih dari enam porsi per minggu memiliki tingkat tertinggi.
Bagi perilaku hiperaktif, terdapat hubungan linear langsung – dimana makin banyak soda yang diminum seorang remaja, semakin hiperaktif prilaku yang ditunjukan.
Masalah terburuk terlihat pada remaja pria dan perempuan yang minum empat porsi atau lebih soft drink per hari. Sepuluh persen remaja laki-laki dan dua persen perempuan minum sebanyak itu.
Peneliti mengatakan kemungkinan bahan lain dalam soft drink, seperti kafein, yang diduga menjadi penyebab gejala-gejala tersebut, namun mereka tak memeriksa sumber lain gula pasir halus (refined sugar) dalam pola makanan remaja tersebut.
Namun mereka mengatakan banyak remaja terlalu banyak minum soft drink yang mengandung gula, padahal anjuran konsumsi di Norwegia adalah 10% dari total kalori per hari dari gula para peneliti mengatakan sedikitnya sepertiga remaja pria mengkonsumsi terlalu banyak dari makanan ringan saja.
“Satu langkah sederhana dan efektif untuk mengurangi konsumsi soft drink dalam kelompok usia ini ialah penghilangan mesin minuman ringan dari sekolah dan tempat umum lain tempat orang dewasa berkumpul”, ujar Lars Lien dan rekan.

Sumber : www.untukku.com/artikel-untukku/soft-drinks-ganggu-kesehatan-mental-untukku.html

Sabtu, 17 Maret 2012

Psikologi Kesehatan Mental

  • Definisi Kesehatan Mental
Beratus-ratus tahun yang lalu orang menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah syaitan-syaiyan, roh-roh jahat dan dosa-dosa. Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukan dalam penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai besi yang berat dan kuat. Namun, lambat laun ada usaha-usaha kemanusiaan yang mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya ini. Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris adalah salah satu orang yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi orang-orang yang terkena penyakit mental. Masa-masa Pinel dan Tuke ini selanjutnya dikenal dengan masa pra ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.

Istilah Kesehatan Mental sendiri diambil dari konsep mental hygiene, kata mental berasal dari bahasa Yunani yang berarti Kejiwaan. Kata mental memilki persamaan makna dengan kata Psyhe yang berasal dari bahasa latin yang berarti Psikis atau Jiwa, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mental hygiene berarti mental yang sehat atau kesehatan mental. Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial).
Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental memiliki pengertian kemampuan seseorang untuk dapat menyesuaikan diri sesuai tuntutan kenyataan di sekitarnya. Tuntutan kenyataan yang dimaksud di sini lebih banyak merujuk pada tuntutan yang berasal dari masyarakat yang secara konkret mewujud dalam tuntutan orang-orang yang ada di sekitarnya. M. Jahoda, seorang pelopor gerakan kesehatan mental, memberi definisi kesehatan mental yang rinci. Dalam definisinya, “kesehatan mental adalah kondisi seseorang yang berkaitan dengan penyesuaian diri yang aktif dalam menghadapi dan mengatasi masalah dengan mempertahankan stabilitas diri, juga ketika berhadapan dengan kondisi baru, serta memiliki penilaian nyata baik tentang kehidupan maupun keadaan diri sendiri.”
Definisi dari Jahoda mengandung istilah-istilah yang pengertiannya perlu dipahami secara jelas yaitu penyesuaian diri yang aktif, stabilitas diri, penilaian nyata tentang kehidupan dan keadaan diri sendiri.
Penyesuaiaan diri berhubungan dengan cara-cara yang dipilih individu untuk mengolah rangsangan, ajakan dan dorongan yang datang dari dalam maupun luar  diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh pribadi yang sehat mental adalah penyesuaian diri yang aktif dalam pengertian bahwa individu berperan aktif dalam pemilihan cara-cara pengolahan rangsang itu. Individu tidak seperti binatang atau tumbuhan hanya reaktif terhadap lingkungan. Dengan kata lain individu memiliki otonomi dalam menanggapi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan

  • Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental
Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap tingkat kesehatan mental yakni :
a.       Biologis
Para ahli telah banyak melakukan studi tentang hubungan antara dimensi biologis dengan kesehatan mental. Berbagai penelitian itu telah memberikan kesimpulan yang meyakinkan bahwa faktor biologis memberikan kontribusi sangat besar bagi kesehatan mental. Karena itu, kesehatan manusia, khususnya disini adalah kesehatan mental, tentunya tidak terlepaskan dari dimensi biologis ini. Beberapa aspek biologis yang secara langsung berpengaruh terhadap kesehatan mental, diantaranya otak, sistem endokrin, genetik, sensori, kondisi ibu selama kehamilan.

b.      Psikologis
Notosoedirjo dan Ltipun (2005), mengatakan bahwa aspek psikis manusia merupakan satu kesatuan dengan sistem  biologis. Sebagai subsistem dari eksistensi manusia, maka aspek psikis selalu berinteraksi dengan keseluruhan. Karena itulah aspek psikis tidak dapat dipisahkan dari aspek yang lain  dalam kehidupan manusia.

c.       Sosial Budaya
Lingkungan sosial sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan mental. Lingkungan sosial tertentu dapat menopang bagi kuatnya kesehatan mental sehingga membentuk kesehatan mental yang positif, tetapi pada aspek lain kehidupan sosial itu dapat pula menjadi stressor yang dapat mengganggu kesehatan mental. Lingkungan sosial yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental yaitu stratifikasi sosial, interaksi sosial, keluarga, perubahan sosial, sosial budaya, dll.

d.      Lingkungan
Interaksi manusia dengan lingkungannya berhubungan dengan kesehatannya. Kondisi lingkungan yang sehat akan mendukung kesehatan manusia itu sendiri, dan sebaliknya kondisi lingkungan yang tidak sehat dapat mengganggu kesehatannya termasuk dalam konteks kesehatan mentalnya.

  • Ciri- ciri sehat mental

1.      Memiliki sikap positif terhadap diri sendiri.
2.      Menerima dirinya sendiri apa adanya.
3.      Mengaktualisasikan dirinya dengan baik.
4.      Memiliki cita-cita hidup dan ia merasa dirinya bertumbuh ke arah yang dia cita-citakan.
5.      Pribadi yang memiliki integritas, hidup sesuai apa yang ia katakan dengan perbuatannya.
6.      Memiliki otonomi pribadi, mampu menerima penolakan dari luar serta seorang yang memiliki komitmen hidup.
7.      Memiliki persepsi yang akurat terhadap realita, termasuk melihat realita sebagaimana adanya.
8.      Tidak menyangkal hal-hal buruk yang terjadi di masa lalunya dan masa kini Terakhir.
9.      Memiliki penguasaan terhadap situasi, termasuk mempunyai kontrol diri di dalam mengasihi orang lain, di dalam pekerjaan termasuk dalam bersahabat dengan orang lain.

Daftar Pustaka :
Dr. Kartini Kartono, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam, Bandung: CV. Mandar Maju, 1989,
www.blogkesehatanmental.wordpress.com (diakses melalui Google pada 17-03-2012)
www.kumpulberita.com (diakses melalui Google pada 17-03-2012)

Kamis, 03 November 2011

Tanggapan mengenai film

Semua manusia ciptaan Tuhan tidak ada yang sempurna. Tiap-tiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kita sangat beruntung karena diberikan fisik yang lengkap dan memiliki jasmani yang sehat. Namun tidak semua manusia mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan, kita masih saja mengeluh akan kekurangan yang kita miliki. Coba kita lihat orang-orang yang memiliki kekurangan pada fisik maupun keterbatasan mereka dalam melihat, mendengar, maupun berbicara. Mereka selalu mempunyai semangat dan selalu mensyukuri nikmat. Dalam hidup, mereka juga memiliki motivasi yang kuat untuk selalu lebih baik dan tidak sedikit juga dari mereka yang dapat melakukan pekerjaan yang sebenarnya sulit untuk dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki kekurangan. Tapi sekarang banyak orang yang normal tidak mencontoh semangat para orang-orang yang memiliki kekurangan. Mereka bukan bekerja dengan kemampuan masing-masing yang dimilikinya, tetapi mereka lebih mengandalkan belas kasih orang lain. Seharusnya kita lebih banyak belajar tentang keikhlasan dan kesabaran pada mereka. “Kalau mereka bisa kita pasti juga lebih bisa”. Kata-kata itulah yang seharus nya kita tanamkan pada diri kita masing-masing, agar kita bisa lebih maju dan lebih baik di hari-hari berikutnya.

Minggu, 30 Oktober 2011

Fenomena Jejaraing sosial

Siapa yang tak kenal facebook alias FB, Twitter, Friendster dan lain sebagainya? Tentu sebagian besar dari kita sudah sangat akrab bergelut dengan jejaring sosial dunia maya tersebut. Terlebih-lebih penggunaannya bisa menggunakan hand phone atau telepon selular, tentunya semakin menambah daya tarik sendiri bagi pengguna. Belum lagi cara penggunaannya yang sangat simpel dan bersahabat, fasilitas yang menarik, murah meriah, membuat jejaring sosial ini kian hari kian dipadati para pengunjungnya. Maka dari itu maka tak heran lagi, jika kita saat ini kita lebih memilih jejaring sosial dunia maya ini untuk mencari kawan, sahabat, pacar atau bahkan jodoh, ketimbang melakukan jejaring sosial dalam dunia nyata. Disamping lebih mudah, juga menawarkan beragam pilihan yang jumlahnya tak terhitung. Bahkan dalam satu hari kita bisa mencari pertemenan hingga ribuan orang. Bayangkan jika kita melakukannya dalam dunia nyata, butuh berapa lama untuk mendapatkan teman berjumlah ribuan?


Kita sungguh patut bersyukur dengan kemajuan teknologi di bidang komunikasi dan informasi ini. Berkat adanya jejaring sosial di dunia maya ini kita bisa lebih mudah dalam berhubungan dengan kawan-kawan atau sahabat-sahabat kita tanpa harus beranjak dari tempat duduk. Cukup berada di depan layar kita sudah bisa terhubung dengan orang-orang yang letak geografisnya berbeda. Bahkan tak jarang kita bisa bertemu lagi dengan kawan lama yang selama ini putus komunikasi di dalam dunia maya. 

Selain mendapatkan kawan atau sahabat yang banyak, kita pun dapat saling berbagi, baik berbagi curhat, ilmu pengetahuan, ide-ide, gagasan, pengalaman dan lain sebagainya. Cukup update status, maka akan bermunculan komentar dari kawan-kawan yang sudah terhubung dalam pertemanan. Bahkan bisa juga dimanfaatkan untuk memasarkan produk atau barang-barang yang kita jual dengan biaya yang murah meriah dan sangat simpel. 

Namun, disisi lain, kita tak bisa menampik anggapan orang-orang bahwa jejaring sosial dunia maya banyak menimbulkan efek negatif, seperti alienasi, ketergantungan, penculikan, penipuan dan lain sebagainya. Berkaitan dengan masalah ini memang sudah banyak fakta terjadi, dan tak perlu saya sebutkan satu persatu. Memang banyak juga orang-orang yang memanfaatkan jejaring sosial dunia maya ini dengan tujuan yang negatif, terutama terjadi pada anak muda sebagai korbannya.

Terlepas dari efek positif ataupun efek negatif dari jejaring sosial dunia maya, kemunculannya mampu membuat perubahan yang sangat besar dalam masyarakat kita. Terutama perubahan dalam cara bersosial. Jika sebelum-sebelumnya lebih sering langsung dilakukan di dunia nyata, maka saat ini sudah berbeda, yakni melalui dunia maya. Hal ini mengindikasikan bahwa kita saat ini sedang bergerak menuju masyarakat digital. Karena, sebagian besar waktu kita bersosial saat ini lebih banyak dilakukan di dunia maya. Walaupun mungkin saya mengambil kesimpulan terlalu berlebihan. 


Memang jejaring sosial dunia maya saat ini lebih banyak di dominasi oleh kaum muda dan setengah baya, namun, tak menutup kemungkinan perkembangan selanjutnya anak-anak dan orang tua juga turut menikmati jejaring sosial dunia maya. Hal tersebut lebih dikarenakan masih belum memasyarakatnya dunia internet secara menyeluruh sampai ke desa-desa dan juga karena minimnya kemampuan untuk menggunakannya, terutama yang masih anak-anak dan orang tua. Jika sosialisasi melek internet terus gencar dilakukan, maka lambat laun kita akan segera menyambut kehadiran masyarakat digital, yakni masyarakat yang sebagian besar kegiatannya dilakukan melalui dunia maya. Dan kemungkinan ke arah tersebut sangatlah besar.